Senin, 24 Februari 2014

5 Tahap Patah Hati

Di umur gue yang sekarang menginjak kepala dua, kalo diingat-ingat terakhir kali gue patah hati itu kira-kira ya tiga windu yang lalu. Saat itu pertama kalinya gue patah hati karena gue kelamaan bilang ke cewek yang gue sayang, bahwa gue selama ini sayang sama dia. Oke, curhat kan tuh jadinya.

Patah hati menurut gue adalah suatu fase di mana kita merasakan kondisi hati kita terasa sakit banget karena suatu hal. Misalnya karena kita kehilangan seseorang yang kita cintai, kehilangan sesuatu yang sangat berharga, atau kehilangan-kehilangan lainnya. Setiap orang punya definisi atau deskripsi tersendiri tentang patah hati.

Yang sering terjadi di dalam kehidupan ini adalah kita kehilangan seseorang yang kita cintai. Tanpa dibayangkan pun rasanya kita udah tau rasa sakitnya seperti apa. Kayak digigit bayi, tapi giginya taring semua, udah gitu gak pernah gosok gigi. Dan kita nggak pengin 'kan merasakan hal itu?

Senin, 17 Februari 2014

Salah Orang

"Kenapa kamu kembali lagi?"

"Maaf, ternyata aku selama ini salah mencintai orang."

"Lalu, apa maksudmu?"

"Aku mau kita mengulang lagi dari awal."

"..., kenapa?"

"Karena aku menyadari kalo kamu nggak seperti yang aku pikirkan, kamu jauh lebih baik dari dia. Dan aku menyesal telah melakukan ini."

"..."

"Kamu mau kan?"

"Maaf, ternyata aku selama ini salah mencintai orang."

***

Jumat, 14 Februari 2014

Kapan Kau Akan Jatuh Cinta?

Kapan kau akan jatuh cinta?
Ketika kau ingat menabur gula pada cangkir kopimu yang penuh duka.
Menikmatinya bersama foto mantan kekasih yang memilih berdansa dengan orang kaya ketimbang denganmu yang masih berkutat dengan janji setia.

Kapan kau akan jatuh cinta?
Kau bertanya pada cermin retak yang malas menjawab ucapanmu
Karena kau masih menekuni hobi meneguk air matamu sendiri sambil menyanyikan lagu sendu untuk menghibur rindu jalang yang tak segan memukul pantatmu dan memaksamu lari dari kenyataan.

Kapan kau akan jatuh cinta?
Saat kau masih gemar berendam di dalam nestapa yang kau tuang pada puisi patah hati yang kau baca dengan sahih sekali.

Kapan kau akan jatuh cinta?
Baiklah aku akan menjawabnya, mungkin saat semesta mempertemukan kita di suatu senja yang ingin dilapisi hujan tipis, lalu kita menari dengan sangat keras kepala, hingga lelah, hingga pasrah, hingga menyerah.

Kapan kau akan jatuh cinta?
Setelah menyebut nama panjangmu di dalam doa padat pengharapan dengan satu hela napas panjang di sujud kedua.

Mawar Terakhir Dari Seorang Bapak Tua

bunga-mawar-merah

Aku sedang duduk di sebuah kedai menikmati kopi hitam yang baru saja diantar sang barista.
Rasanya pahit bercampur sedikit manis, seperti janji yang mengendap basi.
Jalanan di luar basah oleh semesta yang sedang berurai air mata.
Ia menjadi cengeng setelah mendongeng tentang kekelaman sebuah ilusi.

Dari arah trotoar jalan, seorang bapak tua jalan menundukkan kepala.
Matanya yang sendu berhadapan pada seikat bunga mawar merah ditangannya.
Tak ada yang berminat membelinya, kemudian Ia menghampiriku dan bilang bahwa itu satu-satunya yang ia punya untuk malam ini.

"Nak, kau belikan saja secangkir kopi hitam untuk memiliki mawar ini," ucap si bapak tua.
Aku termenung mendengar permintaan si bapak yang sinar wajahnya temaram.
Lalu aku bertanya dengan ekspresi wajah penasaran. "Kenapa kau jual mawar cantik ini demi secangkir kopi, Pak?"
Si bapak tua duduk di kursi dengan sopan dan membuka mulutnya untuk berbicara.

"Mawar itu bunga terakhir yang tumbuh di makam hati istriku, kutukar dengan kopi untuk amin menyala di matamu," ujar si bapak tua yang kemudian berubah menjadi doa.

Rabu, 05 Februari 2014

Untitled.

BftXq_pCIAAYRKR.jpg large

"Kamu, bodoh..."

"Ya, aku memang bodoh..."

"Kamu pengecut banget sih!"

"Memang, aku memang pengecut."

"Kamu tuh..., nyebeeelin!"

"Ya, kamu tau kan aku memang nyebelin..."

"Kenapa kamu nggak ngomong dari dulu kalo selama ini kamu sayang sama aku?"

"Karena..., karena aku bodoh, pengecut, dan nyebelin, kan?"

"..."

"Tapi, dari semua ini aku sadar dan belajar satu hal. Ternyata aku sesetia ini."

***

Selasa, 04 Februari 2014

Sepucuk Surat Selamat Tinggal

surat-lusuh

"Hai, apa kabar, Ndre? Maaf aku datang terlambat."

"Hmm..., baik."

"Kamu gak berubah ya..."

"Memang nggak ada yang berubah," jawab Andre singkat.

Nia memperhatikan sekilas raut wajah lawan bicaranya sambil membetulkan posisi duduk. Rok selutut bermotif polkadot hitam putih yang dikenakannya tertekuk rapi di antara kursi kayu bercat cokelat mengkilap. Nia menyapu pemandangan sekitar sambil sesekali menggeser ekor matanya ke arah Andre yang sedang sibuk dengan handphone-nya.

"Kamu udah mesen makanan atau minuman?" tanya Nia dengan nada hati-hati.

Minggu, 02 Februari 2014

Jam Tangan Jahil.

Pukul tujuh lewat tujuh belas menit.
Jarum jam tangan yang kukenakan lari terbirit-birit.
"Ke arah kanan-ke arah kanan", teriaknya heboh sendiri.
"Jangan biarkan waktu untuk ke kiri, sebab itu menjebakmu."

Jam tangan yang kukenakan suka jahil.
Kadang dia berjalan lambat, lambat sekali.
Rasanya ingin kupensiunkan dia, dan menggantinya.
Tapi ini jam kesayanganku.

Jam tangan yang kukenakan suka jahil.
Pernah dia tiba-tiba mati sendiri.
Padahal dia tidak merokok, dan tidak punya riwayat sakit jantung.
Aneh memang, cuma jam tangan tangan saja banyak tingkahnya.

Jam tangan yang kukenakan suka jahil.
Dia gemar memeluk erat pergelangan tanganku
Saking eratnya, dia mengingatkanku padamu.
Dulu kau genggam memelukku erat.

Jam tangan yang kukenakan suka jahil.
Sesekali dia mengingatkanku akan pesanmu dulu.
Sebuah pesan yang masih kuingat hingga kini.
"Tolong rawat jam ini baik-baik."

Dasar jam tangan jahil, sini gantian kau kupeluk!

***