Rabu, 15 Januari 2014

Menyesalkah Kau?

Kau menjajakan kepalamu pada lingkar leherku.
Tidak peduli sorot mataku menjerit.
Jemarimu tergesa-gesa mencekik leher sedotan es coklat yang ingin segera larut mati.
Tak ada cinta di sana, hanya rindu yang menguap seiring bibirmu yang terburu-buru melenyapkan sisa coklat di gelas bening yang tak peduli keberadaan kita.

Sudah lama kita tak berjumpa, entah sudah berapa purnama.
Yang kuingat terakhir kali darimu adalah air mata beserta ucapan maaf dan selamat tinggal.
Tak ada lagi yang kuingat selain itu, sebab seorang laki-laki telah menunggumu di balik kendaraan roda empat, sambil tersenyum penuh kemenangan.

Kemudian suatu hari kau menghubungiku dengan kabar basi, yang akhirnya mengantar kita ke sini, di sebuah kedai kopi.

Kini kau kembali dari pecundang itu, menyesalkah kau? Jahanam.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar