Minggu, 05 Januari 2014

Kenapa Ragu dan Takut?

tumblr_m1l0wmuF1v1qfx0emo1_500

sumber

Kita pernah menjadi seorang pengecut, benar bukan? Terlalu lama berpikir dan terjebak pada pilihan 'Ya' dan 'Tidak', dan akhirnya, kita tidak memilih dua-duanya.

Selama napak tilas 20 tahun kehidupan ini, dari zaman pertama kali gue jatuh cinta pas umur 15 tahun hingga sekarang, sering banget gue lebih memilih memendam perasaan gue daripada mengungkapkannya.

Kenapa?



Ya, gue akui, gue seorang pengecut yang nggak berani untuk bertindak atau berusaha mencoba ngungkapin perasaan gue. Karena gue sering berpikir dan sadar, gue bukanlah seorang yang mungkin bisa dikatakan pantas untuk cewek yang pernah gue sayangi. Gue selalu merasa bahwa gue bukanlah orang yang 'akan' dilirik oleh cewek itu. Dan, itulah penyebab gue lebih sering memilih menyayangi cewek itu diam-diam dan menunjukkan seolah-olah nggak terjadi apa-apa di antara kita berdua.

Gue lebih sering merendahkan diri gue sendiri.

Entah udah berapa kali gue ngerasain penyesalan, terakhir gue ngerasa nyesel adalah ketika gue tau bahwa ternyata cewek yang gue sayang nggak seperti yang gue pikirkan. Setelah gue tau dan melihat saat cewek itu akhirnya jadian dan berpacaran dengan orang yang nggak lebih baik dari gue. Setelah itu gue sadar, selama ini gue lebih nurutin dan percaya sama prasangka dan rasa takut gue ketimbang rasa penasaran gue untuk mencoba, dalam artian; memperjuangkan perasaan.

"Gak mungkinlah dia ngeliat gue, gue siapa? Nggak ganteng, juga nggak kaya. Bukan cowok tenar ataupun idola, seperti cowok-cowok yang sering mereka impikan.

Pertanyaan itu dulu sering banget mengganggu pikiran gue (dan mungkin cowok-cowok lainnya) ketika hendak berusaha mencoba mendekati cewek yang disayangi. Sering banget. Gue sekarang sadar kalo prasangka dan rasa takut itu ternyata salah, kenapa? Karena gue belum mencoba dan benar-benar mendapatkan hasilnya.

Kita memang harus sadar diri, tetapi apa cuma itu doang yang bisa kita lakuin? Nggak berusaha mencoba untuk memperbaiki diri agar kita pantas berada di sampingnya?

Belum lama ini, gue baru aja cerita tentang kegelisahan gue sama salah satu sahabat dekat gue yang notabene lagi deketin cewek. Tadinya, gue nanya mengenai sejauh mana usahanya dia deketin cewek yang lagi dia sayang, tapi pembicaraan berubah alur. Malah jadi dia yang menyimak cerita gue, lalu keluarlah kata-kata ini...

"Banyak bacot lo, Len. Kalo emang lo sayang sama cewek itu, dan kalo menurut lo cewek itu berharga dan pantas untuk diperjuangkan, kenapa nggak? Nggak usah banyak cingcong tentang rasa takut ini..., gue harus memulai dari mana..., nanti bakal kayak gimana... Itu semua cuma keraguan dan prasangka lo aja!" kata dia.

Gue tertampar dengan kalimat yang dia lontarkan. Tapi, gue akui itu benar adanya.

"Kalo emang lo takut dan ragu, ya lo nggak usah dicoba. Cuma pengecut yang kayak gitu. Nggak usah banyak alasan, terima aja kalo emang lo nggak bisa atau nggak mau berusaha buat perjuangin cewek itu. Dan, menurut gue, lo nggak pantes buat cewek itu," ucap dia.

"Ketika lo sedang jatuh cinta sama seseorang, janganlah berekspetasi nanti bakal bagaimana. Cukup berusaha semaksimal mungkin dengan yang apa lo bisa, cewek itu ada dua tipe: yang liat perjuangan dan pengorbanan lo, dan yang liat tampang beserta isi dompet lo. Nah, menurut lo cewek yang lo sayang sekarang tipe yang mana?"

"Gue enggak tau, bang..."

"Nah, lo nggak tau kan? Karena lo belum mencoba, lo masih terjebak sama rasa ragu dan rasa takut lo. Lo tau kan sekarang gue lagi deketin cewek? Gue lagi berusaha dapetin hatinya dia. Dan lo juga udah tau kan perjuangan gue kayak gimana, itulah kenapa gue bisa bilang ini ke elo. Gue berusaha semaksimal mungkin sampai gue nanti mendapatkan jawaban dan hasil akhir dari perjuangan gue. Karena gue cowok, gue berani mencoba meskipun gue belum tau hasilnya gimana, dengan segala resiko yang ada, gue tempuh itu semua, yang penting gue udah berusaha. Sekarang gue tanya sekali lagi, lo sayang nggak sama cewek itu?"

"Iya..., gue sayang sama dia..."

"Udah tau kan apa yang harus lo lakuin?" tanya dia

Gue tersenyum dan menganggukkan kepala menanggapi pertanyaan dia, kemudian gue berterima kasih dengan pencerahan yang dia berikan ke gue. Gue juga bersyukur punya seorang sahabat yang bisa membuka pola pikir gue.

Setelah pembicaraan gue dengan sahabat gue itu, sekarang gue sadar rasa ragu dan rasa takut itu adalah penghambat yang nomor satu. Kamu nggak akan pernah tau hasil akhirnya apa kalo kamu nggak pernah mencoba.

Diterima atau ditolak, itu memang hasilnya, tapi proses usaha itu yang gak ternilai harganya. Dengan berusaha menunjukkan rasa sayang kita ke orang yang kita sayang, itu udah menjadi tanda bahwa kita udah jadi pemberani atas diri dan perasaan kita sendiri. Setidaknya, kalaupun nantinya ditolak, kita bisa mengevaluasi letak kekurangan dan kesalahan kita di mana. Setidaknya juga, orang yang kita sayang pun akan menghargai usaha kita meskipun dia nggak bisa menerima perasaan kita.
Terkadang, sampai kapanpun kita gak bisa menjadi yang terbaik untuk seseorang. Tetapi, setidaknya, kita pernah berusaha untuk menjadi yang terbaik untuk dia.

Sebuah penolakan bukanlah hasil akhir yang paling terakhir, tetapi itu adalah hasil akhir yang membuat kita berusaha menjadi seorang pemberani atas perasaan kita sendiri.

Untuk mendapatkan hati seseorang, mustahil kalo kita cuma berdiam diri dan berharap orang itu tau perasaan kita, tanpa pernah mencoba menunjukkannya.

Dan, untuk kali ini dan kali berikutnya. Gue bukan seorang pengecut lagi.

7 komentar:

  1. ka ijin ambil tema dari cerpennya buat dibikin puisi boleh gak ?
    lagi cari inspirasi nih hehehe :D

    BalasHapus
  2. Boleh kok, asal nanti dicantumin aja sumbernya. :)

    BalasHapus
  3. oke , tapi untuk yang aku kirim ke email kaka gak aku kasih sumber gpp ya aku lupa :D
    kalo untuk yang aku post di blog aku sendiri aku kasih sumber kok :D

    BalasHapus
  4. Konklusi sebagai kalimat terakhirnya, mari kita lihat seberapa bakalan dibuktikannya.

    BalasHapus
  5. persis. super sama sama gue bang. tapi cwok mah enak, suka tinggal kejar, kalo cwek mah gak bisa kayak gitu. aaaa. apalagi friendzone aaaaaa aaaaaa aaaaa *peluk tembok*

    BalasHapus
  6. persis sma cerita gw lu bang :( , gw belomm kenalan nnatap mukanya aja kgk sanggup :v

    BalasHapus
  7. Nah, itu ka sama ceritnya. Ya tapi kalo cewek gimana?

    BalasHapus