Rabu, 25 Desember 2013

Mimpi Di Siang Hari



Peluh merebak di sekujur tubuhku yang titi.
Inang-inang rasa mendadak curiga setengah mati.
Pelakunya tak terlihat sebab terjadi pada pukul satu dini hari.


Tapi belakangan ini kuketahui, huruf-huruf puisiku sekarat.

Mungkin ini sebab aku teramat tamak perihal cinta yang kutanak.
Sedangkan, cinta bilang ingin terbang bebas seperti burung gereja.Aku hanya takut cinta patah sayapnya, oleh ekspetasi yang terlalu tinggi.
Atas ego-ego yang nantinya menyebalkan serupa bajingan pasar.

Betapapun aku kencang berlari.
Kakiku akan serangkut dan pincang akibat tubuhmu yang resi.
Menyumpahimu ibarat membunuh diri sendiri.
Menebar ancaman karma yang memenuhi rema.

Senyummu keparat, kerling matamu bangsat.Sebab cinta mendarat pada bibir dan matamu yang kuanggap laknat.
Alih-alih ingin melupakan justru semakit kuingat.
Melumuri lumeran daki air mata bekas hantaman caci
Mengkukuri isi kepalaku yang tak pernah kucuci.

Kau tanggalkan pakaianmu, kau tinggalkan  semu.
Kau senggamai aku dengan derasnya ombak cinta dengan sempurna.
Goyangan-goyangan maut sampai membuat napasku tersedak.
Hingga ibu membangunkanku dengan mencubit pantatku berkali-kali.

Sungguh, tak pernah terbayangkan sebelumnya.
Ini hanya mimpi di siang hari.




Tidak ada komentar:

Posting Komentar