Rabu, 25 Desember 2013

Puisi Tentang Seorang Pria yang Menyedihkan



Ini puisi tentang seorang pria yang menyedihkan.
Ia sangat gemar berjudi harapan.
Ini puisi tentang seorang pria yang menyedihkan.
Ia rajin memintal doa dengan padat pengharapan.
Ini puisi tentang seorang pria yang menyedihkan.
Ia mencintai seorang gadis dengan diam-diam.

Ia bukan penyair, ia juga bukan penyihir, ia hanya pecinta yang gagal memperjuangkan cintanya.

Ia pria yang terlalu mahir mengubur rasa, membilas air mata, dan menghibur rindu yang tak pernah sabar.

Gadis yang ia cintai cantik, bulu matanya lentik, wajahnya sangat antik meski tanpa diberkati kosmetik, seperti langit pagi yang ranum.

Pria menyedihkan itu mempunyai kenangan manis; ketika ia dipertemukan dengan gadis itu oleh semesta. Waktu itu senja di taman kota, ia sedang membidik langit jingga dengan lensa kamera.

Tanpa sengaja ia menemukan sebuah senyum yang indahnya luar biasa di bibir seorang gadis, gadis yang ia cintai itu. Gadisnya sedang tersenyum melihat kekasihnya menyanyikan lagu cinta.

Pria itu tersenyum dari kejauhan dan membayangkan gadis itu melihatnya, tapi itu tidak pernah terjadi. Lalu ia melangkah pergi.

Semenjak kejadian itu, Ia menikmati patah hatinya dengan selalu berdoa dan berkata, “semoga gadis itu selalu bahagia.” Ia diperbincangkan oleh semesta, kata doa, “Ia akrab sekali dengan sejadah, seperti sahabat lama.”

Terakhir kudengar kabar dari bulan purnama, pria menyedihkan itu tersenyum lalu mengabadikan cintanya kepada gadis itu lewat puisi ini.

Sudah kubilang, kan? ini puisi tentang seorang pria yang menyedihkan.

Ia bukan penyair, ia juga bukan penyihir, ia hanya pecinta yang gagal memperjuangkan cintanya.

Akhirnya, ia berhenti sebelum memulai, ia memang seorang pria yang menyedihkan. Kurasa ia bukan pecundang, melainkan seorang pendoa yang sahih.

3 komentar: