Rabu, 25 Desember 2013

Renungan Pengembalian




Pernah kau merasa begitu sepi? hingga kau terperanjat sendiri bahwa keadaan di sekitarmu sangat hampa. Bahkan udara tak bersuara.



Pikiranmu menerawang jauh menjelajahi koridor masa. Menapaki jejak curam kenangan silam bersama seseorang di lobi ingatan.

Bir dingin dan beberapa sesap nikotin akan membuatmu lebih tenang. Sesaat sebuah kabar kehilangan mampir ke liang pendengaran.

Kau hanya bisa membisu dan tak ingin berkata apapun.


Tak ada yang salah dalam perhitungan waktu, semua hanya kumpulan kata seandainya yang tertahan di ujung lidah. Kelu. Bercampur pilu.
Kau hanya bisa terpaku melihat arah jarum jam bergerak ke arah kiri. Menghipnotis jalan pikiranmu agar kau berjalan melewati selasar-selasar yang samar untuk membuka sebuah pintu. Pintu masa lalu.

Apa yang akan dan ingin kau lakukan jika diberi kesempatan untuk kembali ke masa lalu? Apakah kau memilih untuk kembali mengulang untuk memperbaiki semua rinci kesalahan yang tercap di nadi; yang menjadi sebab kepergian. Atau kau lebih memilih untuk menulis cerita baru dan menghapus ingatan tentang sebuah pertemuan yang berujung perpisahan tak terelakan.

Kamu takkan bisa menghindar dari waktu, ia berjarak lebih dekat dari bayangan sepatu yang kau gunakan untuk berpijak satu demi satu.

Mari, mulai detik ini kita berlomba untuk saling melupakan, dan sudah ditetapkan aku yang akan terlupakan duluan.




Tidak ada komentar:

Posting Komentar